![]() |
Foto : ksp.go.id |
Menurut Bupati Tana Toraja, Nico Biringkanae, rencana
pembangunan bandara baru Buntu Kunik mangkrak karena tak adanya suntikan
anggaran dalam dua tahun terakhir dari APBN.
Baik Bupati Tana Toraja, Nico Biringkanae dan Bupati
Toraja Utara Kalatiku Paembonan menganggap penting kehadiran bandara sebagai
infrastruktur pendukung pariwisata menuju Tana Toraja.
Pembangunan bandara Buntu Kunik sebenarnya dimulai
sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di atas lahan seluas 250 hektar.
Panjang landasan pacu (run way) yaitu sepanjang 2.500 meter dengan anggaran
sebesar Rp 1,7 triliun. Proses pengerukan tanah sudah mencapai 80 persen, namun
pengerjaannya terhenti karena masalah anggaran.
Menurut Nico, hanya dibutuhkan Rp 800 miliar untuk
menyelesaikan proyek ini karena pemerintah daerah sudah membantu penyelesaian
pembebasan lahan yang dibutuhkan.
“Persoalan bandara telah menghabiskan banyak energi.
Wisata kami sulit berkembang karena waktu tempuh dari Makassar ke Tana Toraja 8
jam, artinya kami akan tetap menjadi daerah yang begitu-begitu saja,” keluh
Nico seperti dikutip dari laman resmi KSP.go.id
“Kami memiliki 387 daerah tujuan wisata baru. Jumlah
wisatawan pun meningkat dari 90 ribu wisatawan pada 2015 menjadi 134 ribu
pengunjung di empat bulan pertama 2016 saja,” tambahnya.
Saat ini, Toraja memiliki Bandara Pongtiku di
Rantepao, Toraja Utara, yang hanya bisa didarati pesawat kecil seperti Fokker.
Selama ini, penerbangan pun hanya dilayani satu maskapai dan berjalan sekali
sepekan. Diharapkan, pembangunan bandara besar yang mampu menerima pesawat
berbadan besar seperti Boeing kian mendongkrak angka kunjungan wisata di
Toraja.
Selain terkenal sebagai salah satu daerah penghasil
utama kopi, Toraja memang terkenal dengan kekayaan budaya serta keindahan alam.
Salah satu pesona wisata primadona yakni ‘Negeri di atas Awan’ berketinggian
1.300 meter di atas permukaan laut di Kampung Lolai, Toraja Utara. Agustus
lalu, Ibunda Presiden Jokowi, Sudjiatmi Notomihardjo, datang langsung dan mengagumi
keindahan Puncak Lolai.
"Pak Teten persoalan bagi kami infrastruktur.
Yang utama bandara dan terminal," kata Kalatiku.
Terkait harapan warga Toraja, Teten Masduki
menegaskan, pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, jalan, dan bandara
merupakan prioritas pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla mengusung visi ‘Indonesia
Sentris’. Apalagi Toraja sebagai daerah dengan keunikan budaya dan kaya sumber
daya alam.
“Presiden konsisten membangun Indonesia dengan
memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Karena itu,
pembangunan sarana dan prasarana strategis tak melulu di Jawa,” kata Teten.
Teten menjelaskan, tahun ini estimasi anggaran terlalu
tinggi dari penerimaan pajak, akibatnya pemerintah harus berhemat dengan
melakukan pemangkasan anggaran. KSP akan mengkomunikasikan kelanjutan
pembangunan Bandara Buntu Kunik dengan Kementerian Perhubungan dan instansi
terkait lainnya. Apalagi, jika anggaran pembangunan bandara baru ini bisa
dipangkas di bawah Rp 1 triliun.
“Dalam kondisi ekonomi seperti ini, perekonomian kita
bertumpu pada dua hal: industrialisasi dan pariwisata. Toraja mendapat
perhatian khusus karena besarnya potensi pariwisatanya. Pemerintah akan
membahas apa pembangunan bandara Toraja bisa dianggarkan di tahun 2017. KSP
akan memantau dan membicarakan ini dengan Kementerian Perhubungan,” jelasnya.
(KSP)